Minggu, 03 Juli 2016

Manakah yang benar: mempercayai atau memercayai?


Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, dijumpai bentuk penulisan atau pengungkapan kata mempercayai (p tidak luluh) dan memercayai (p luluh). Keadaan semacam itu menunjukkan belum ada keseragaman antara pemakai bahasa.


Luluh tidaknya bunyi seperti ditunjukkan pada kasus di atas disebabkan, terutama, oleh dua hal.

Pertama, sangkaan orang bahwa suku pertama pada kata itu sama dengan imbuhan atau tidak. Jika per disangka sama dengan imbuhan, bunyi p tidak diluluhkan sehingga dipakai bentuk seperti mempercayai, memperkarakan, memperkosa. Sebaliknya, jika per itu dipandang tidak sama dengan imbuhan, bunyi p diluluhkan sehingga digunakan bentuk memercayai, memergoki, memerlukan.

Kedua, anggapan orang bahwa bentuk dasarnya masih asing atau tidak. Jika bentuk dasar itu dianggap asing, bunyi p cenderung tidak diluluhkan sehingga muncul bentuk seperti mempermutasi, mempersentasekan, mempermanenkan. Dapat ditambahkan, jika bentukan yang dihasilkan akan terasa mengaburkan bentuk dasar, orang juga cenderung tidak meluluhkan bunyi p itu, seperti pada mempascasarjanakan, mempanglimakan.

Bunyi p pada imbuhan per seperti pada pertemukan dan pertandingkan memang tidak luluh pada bentukan mempertemukan dan mempertandingkan. Namun, perlu diketahui bahwa per pada percayai, perkarakan, perkosa bukantah imbunan. Jika bentukan yang akan dihasilkan itu disesuaikan dengan kaidah penggabungan bunyi, seharusnyalah bentukan itu menjadi memercayai, memerkarakan, memerkosa.Demikian juga, masalah asing tidaknya bentuk dasar, ataupun bentukan yang dihasilkan, dapat dikesampingkan jika kaidah itu akan diikuti. Pada praktiknya, batas asing tidaknya suatu kata sulit ditentukan, kecuali jika kata itu baru diperkenalkan untuk pertama kali. Jika hal itu diduga dapat membingungkan pembaca, pada pemakaian yang pertama dalam tulisan ilmiah dapat ditambahkan bentukan yang hendak dijauhi, misalnya memercayai (mempercayai), memersentasekan (mempersentasekan), memanglimakan (mempanglimakan).

Disalin dari Buku Praktis Bahasa Indonesia 1 (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: 2011) halaman 9-10.

Baca juga:
Penulisan Artikel "pun"
Angka dan Lambang
Singkatan dan Akronim
Partikel -lah, -kah, -tah, pun, per
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Ganti -ku-, kau-, -mu, dan -nya
Kata Ulang dan Gabungan Kata
Penulisan Kata Turunan

0 komentar:

Posting Komentar